Tampilkan postingan dengan label Bidang Astronomi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Bidang Astronomi. Tampilkan semua postingan
Biografi Abu Al-Qasim Al-Majriti: Ahli Matematika dan Astronomi Muslim

Biografi Abu Al-Qasim Al-Majriti: Ahli Matematika dan Astronomi Muslim

April 25, 2013 0
Abu al-Qasim Salmah bin Ahmad al-Majriti lahir pada pertengahan abad X atau tepatnya pada tahun 950 di kota Madrid, Spanyol. Nama panggilannya adalah al-Majriti. Sejak kecil, al-Majriti tertarik mempelajari berbagai disiplin ilmu, terutama matematika dan astronomi. Ia menghabiskan masa kecilnya di Spanyol.

Al-Majriti dikenal sebagai pakar matematika Andalusia. Ia menulis banyak buku tentang ilmu matematika dan teknik. Ia mencoba menggabungkan matematika, teknik, dan astronomi dalam sebuah buku yang membahas tentang alat pengukur ketinggian benda langit yang berjudul Astrolabe.

Selain pakar matematika, al-Majriti mempunyai ketertarikan yang luar biasa pada ilmu perbintangan. Al-Majriti berpendapat bahwa ilmu astronomi akan membuat manusia memahami peredaran planet dan bintang. Sehubungan dengan itu, al-Majriti banyak melakukan penelitian dan pengamatan terhadap benda-benda langit. Seperti ilmuwan lain pada masa itu, al-Majriti juga tertarik mempelajari beberapa buku karangan para ilmuwan sebelumnya, termasuk ilmuwan Yunani.

Setelah melakukan sejumlah penetilian, al-Majriti mengkaji buku Almagest karya Ptolomeus yang sudah diterjemahkan dalam bahasa Arab. Ia lalu memberi komentar dan penjelasan terhadap buku tersebut. Sejumlah koreksi yang diberikan al-Majriti terhadap naskah perbintangan Yunani itu sangat teliti.

Al-Majriti juga memiliki keahlian dan kemampuan membuat jadwal waktu dan perbintangan. Adapun perhitungan yang dikaji al-Majriti terkait dengan jadwal waktu sholat, tahun baru Islam, awal bulan Ramadhan, dan lain-lain. Prestasi al-Majriti dalam ilmu astronomi adalah ia mengoreksi kalender buatan al-Khwarizmi.

Meskipun namanya dikenal sebagai seorang ilmuwan, tapi al-Majriti juga mempelajari sejarah klasik, arkeologi, dan kehidupan sosial masyarakat dengan serius. Ia tertarik meneliti masalah masyarakat di sekitarnya. Sebagai bentuk kepeduliannya, khususnya di bidang pendidikan, al-Majriti membangun sebuah sekolah besar, yang kemudian menjadi pusat keilmuwan, al-Zahrawi, seorang dokter ahli bedah Arab adalah bekas murid di sekolah tersebut. Ketika masih menjadi murid, al-Zahrawi mendapat bantuan berupa sejumlah alat kedokteran dari al-Majriti. Selain al-Zahrawi, al-Majriti juga mempunyai sejumlah murid yang hebat, seperti Ibnu Khaldun. Al-Majriti adalah seorang ilmuwan yang sangat mendukung para intelektual muda mempelajari ilmu modern demi kemajuan sesama manusia.
Biografi Abu Al-Qasim Al-Majriti: Ahli Matematika dan Astronomi Muslim
Selain bidang pendidikan, bidang lain yang juga menarik perhatian al-Majriti adalah ekologi atau ilmu tentang lingkungan. Al-Majriti sangat peduli terhadap alam semesta dan kelestariannya. Ia mempelajari keanekaragaman makhluk hidup dan menulis buku tentang lingkungan hidup.

Al-Majriti juga mengkaji ilmu kimia. Salah satu karyanya di bidang ini adalah Rutbatul Hkm fil Kimiyya. Buku tersebut menjadi referensi paling penting tentang sejarah kimia Andalusia. Tulisan lainnya adalah Ghayatul Hakim fis Simiyya, yang kemudian diterjemahkan dalam bahasa Latin pada abad XIII dan langsung terkenal di Eropa. Para ilmuwan Arab dan Eropa menyebut kehebatan al-Majriti sejajar dengan al-Razi dan Ibnu Sina. Namun, masing-masing mempunyai kemampuan khusus sendiri.

Di kemudian hari, sebuah buku berjudul at-Tashrif bin Matsabatil Mausu'atil Ilmiyyah dijadikan tolok ukur kesuksesan al-Majriti. Setelah mendedikasikan diri di dunia ilmu pengetahuan selama bertahun-tahun, al-Majriti menghembuskan nafas terakhir pada tahun 1007 (397 H).
Biografi Al-Biruni: Ilmuwan Muslim Ahli Penanggalan Tarikh

Biografi Al-Biruni: Ilmuwan Muslim Ahli Penanggalan Tarikh

Oktober 24, 2012 0
Nama lengkap al-Biruni adalah Abu ar-Rayhan Muhammad bin Ahmad al-Biruni. Ia dilahirkan di kota Bairun, sebuah kota yang menjadi wilayah Khwarizmi, Persia, pada tahun 973. Nenek moyang al-Biruni adalah bangsa Persia, tapi keluarganya berkebangsaan Iran. Selama dua puluh tahun, al-Biruni tinggal di kota Bairun dan menghabiskan waktunya untuk belajar ilmu astronomi, sastra, dan filsafat. Al-Biruni juga pernah melakukan perjalanan ke sejumlah negara, seperti Persia, Afghanistan, Irak, dan Syam, untuk mendalami seni budaya. Selama itu pula, al-Biruni berinteraksi dengan para penguasa negeri Sasaniyah dan Ghaznawiyah. Dalam perjalanannya itu, al-Biruni sempat bertemu dengan Ibnu Sina. Ia menjadi kawan dekat Ibnu Sina selama tujuh tahun.

Para ilmuwan modern menyebut al-Biruni sebagai salah satu ilmuwan terbesar abad pertengahan. Ia juga dikenal sebagai sarjana yang cerdas, berbakat, dan mempunyai pikiran yang orisinal. Ia mahir matematika, astronomi, fisika, sejarah, geografi, bahasa, dan budaya. Dalam ilmu agama, ia dikenal sebagai seorang guru agama dan cendikiawan Islam yang jujur dan objektif. Dalam ilmu matematika dan astronomi, ia menghasilkan empat puluh buku dan risalah. Nama al-Biruni mulai mencuat pada abad XI ketika kondisi politik Timur Tengah mulai goyah.

Sebagai seorang ilmuwan yang menguasai berbagai ilmu, al-Biruni memperkenalkan pengukuran geodetik, menentukan koordinat sejumlah tempat dengan teliti dan cermat, dan menetapkan arah kiblat dengan bantuan astronomi dan matematika. Selain itu, ia juga ikut menentukan jarak keliling bumi bersama sejumlah ilmuwan lain.

Meskipun mahir berbahasa Persia, tapi al-Biruni menulis sejumlah besar karyanya dalam bahasa Arab. Hanya sedikit karya al-Biruni yang ditulis dalam bahasa Persia asli dan Persia-Arab. Ketika sedang berada di India Barat, al-Biruni sempat mengajar sains Yunani dan ilmu pengetahuan lainnya dengan menggunakan bahasa Sansekerta sebagai bahasa pengantar. Bahasa itu dipelajarinya selama berada di India. Selain belajar bahasa, al-Biruni juga mempelajari adat kebiasaan dan aliran keagamaan masyarakat setempat. Di akhir perjalanan, al-Biruni menulis semua pengetahuannya tentang peradaban India dalam beberapa karya, seperti Tahqiq ma li al-Hind min Maqulah Maqbulah fi al-Aql Au Mardzulah (Penelitian Tentang Pendapat dan Ucapan Bangsa India yang Diterima dan Ditolak Akal), Tarikh al-Umam asy-Syaqiyah (Sejarah Bangsa-bangsa Timur), dan Tarikh al-Hind (Sejarah India).
Biografi Al-Biruni: Ilmuwan Muslim Ahli Penanggalan Tarikh
Al-Biruni juga telah menulis banyak buku matematika dan astronomi. Bukunya yang terkenal dan terlengkap adalah Kitab al-Qanun al-Mas'udi fi al-Haya wa an-Nujum, sebuah buku ensiklopedi astronomi, geografi, dan matematika. Di salah satu halaman buku itu, al-Biruni membahas tentang kompleksitas gerak planet. Al-Biruni menghadiahkan Kitab al-Qanun al-Mas'udi fi al-Haya wa an-Nujum kepada Sultan Ghaznawiyah. Ketika sang sultan hendak memberinya upah, al-Biruni menolak dengan alasan, "Sesungguhnya ilmu dipergunakan untuk ilmu, bukan untuk harta."

Al-Biruni adalah penemu dan peneliti yang sangat cerdas. ia berpendapat bahwa Laut Putih (Laut Tengah atau Mediterania) dan Laut Merah, yang saat itu telah dihubungkan dengan Terusan Suez, sebenarnya saling berhubungan. Ia juga berpendapat bahwa suara lebih cepat dari pada cahaya. Ia menciptakan rumus untuk mengukur perkiraan keliling bola dunia. Di kemudian hari, rumus tersebut dinamakan Kaidah al-Biruni oleh para ilmuwan Barat.

Selain menguasai ilmu eksakta, al-Biruni juga mahir ilmu filsafat, agama, dan sejarah. Para ulama Timur dan Barat menganggapnya sebagai penulis sejarah peradaban bangsa Timur yang paling detail. Semasa hidupnya, al-Biruni telah menulis sejumlah karya, baik dalam bidang astronomi maupun arsitektur. Karya tersebut antara lain al-Irsyad, Tahdid Nihayat al-Amakin Litashih Masafat al-Makasin, at-Tafhim Liawail Sina'at at-Tanjim, Istikhraj al-Autar, as-Saidalah, Risalah fi as-Siah Bain Ahjan al-Ma'adin wa al-Jawahir, dan Risalah fi an-Nasab Bain al-Filzat wa al-Jawahir fi al-Hajm. Di kemudian hari, karya-karya tersebut diterjemahkan dalam berbagai bahasa, seperti Latin, Ibrani, Italia, dan Inggris. Para ilmuwan Barat menganggap al-Biruni sebagai salah satu tokoh yang mempunyai pengaruh besar bagi bangsa Barat dan ilmu pengetahuan modern. Selama hidupnya, al-Biruni telah menghasilkan 138 karya.

Al-Biruni meninggal dunia pada tahun 1050 di Afghanistan.

Sumber: Buku Biografi Para Ilmuwan Muslim
Biografi Abdul Rahman As-Sufi: Ilmuwan Muslim Penulis Buku Astronomi

Biografi Abdul Rahman As-Sufi: Ilmuwan Muslim Penulis Buku Astronomi

Oktober 16, 2012 0
Nama lengkap as-Sufi adalah Abdul Rahman bin Umar as-Sufi Abul Husayn. Ia lahir pada tahun 903 (291 H) di Rayy, Persia. Abdul Rahman as-Sufi dikenal sebagai salah satu ahli astronomi yang bekerja pada kerajaan, yang saat itu dipimpin oleh Adud al-Dawla. Karena prestasinya yang hebat dan pengetahuannya yang luas, ia diangkat menjadi salah satu cendekiawan kebanggaan sang raja.

Karya as-Sufi yang paling terkenal adalah Kitab al-Kawakib ats-Tsabit al-Musawwar, sebuah katalog bintang yang dibuat berdasarkan pengamatannya sendiri. Katalog ini merupakan atlas bintang pertama yang membahas tentang nebula pada rasi Andromeda, sekaligus atlas bintang paling penting karena mengungkap sejumlah perubahan yang dialami beberapa bintang utama dalam waktu sepuluh abad. As-Sufi mendedikasikan buku yang ditulisnya sekitar tahun 965 (355 H) ini kepada Buyld Emir Adud al-Dawla.

Kitab al-Kawakib ats-Tsabit al-Musawwar adalah salah satu manuskrip berilustrasi paling tua yang mengupas beberapa temua Ptolomeus. Ilustrasinya dibuat begitu menarik untuk menggambarkan konstelasi atau tatanan bintang yang terlebih dahulu telah disusun oleh Utarid bin Muhammad. Namun, ada pula sumber lain yang menyebutkan bahwa Kitab al-Kawakib ats-Tsabit al-Musawwar adalah buku terjemahan dari sejumlah naskah ilmiah Yunani, seperti Almagest karya Ptolomeus. Jika keduanya dibandingkan, karya astronomi Yunani yang penuh simbol-simbol astronomi memang hampir mirip dengan tatanan bintang dalam buku karya as-Sufi tersebut. Namun jika diperhatikan lebih seksama, terlihat bahwa ilustrasi tatanan bintang tersebut berwujud figur tokoh terkemuka yang dibentuk dari rangkaian sejumlah titik merah. Kini, manuskrip awal karya as-Sufi tersebut masih tersimpan di Perpustakaan Bodleian, setelah sebelumnya disalin, diilustrasi kembali, dan dikaligrafi oleh salah satu putra as-Sufi (1009 - 1010).
Biografi Abdul Rahman As-Sufi: Ilmuwan Muslim Penulis Buku Astronomi
Selain karya di atas, masih banyak karya as-Sufi yang diilustrasi kembali dengan gaya dan judul yang berbeda sesuai perkembangan zaman. Sebuah teks dan terjemahan kata pengantarnya pernah diterbitkan oleh Caussin de Parceval dengan judul Notices at Extraits, sedangkan oleh H.C.F.C. Schjellerup dengan judul Description des Etoiles Fixes par Abd al-Rahman as-Sufi (St. Petersburg, 1874). Pada tahun 1953, naskah yang sama diterbitkan dalam bahasa Arab, setelah manuskripnya yang berada di Paris disunting terlebih dahulu oleh M. Nazamuddin.

As-Sufi juga pernah menulis sebuah buku pegangan tentang astronomi dan astrologi, serta sebuah risalah tentang astrolobe. Selain menulis, as-Sufi juga pernah membuat sebuah peta bumi dari bahan perak. Ia mempersembahkan peta ini untuk Raja Adud al-Dawla. Kini, peta tersebut tersimpan di Perpustakaan Istana Dinasti Fatima di Kairo.

Abdul Rahman as-Sufi meninggal dunia pada tahun 986 (376 H).

Sumber: Buku Biografi Para Ilmuwan Muslim
Biografi Singkat Johann Carl Friedrich Gauss: Matematikawan Jerman

Biografi Singkat Johann Carl Friedrich Gauss: Matematikawan Jerman

September 21, 2012 0
Carl Friedrich Gauss (1777 - 1855) adalah seorang matematikawan, astronomi, dan fisikawan asal Jerman legendaris yang memberikan beragam kontribusi. Ia dipandang sebagai salah satu matematikawan terbesar sepanjang masa selain Archimedes dan Isaac Newton.

Pada tanggal 30 April 1777, Carl Friedrich Gauss dilahirkan di Braunschweig, Jerman. Pada saat umurnya belum genap 3 tahun, ia telah mampu mengoreksi kesalahan daftar gaji tukang batu ayahnya. Menurut sebuah cerita, pada umur 10 tahun ia membuat gurunya terkagum-kagum dengan memberikan rumus untuk menghitung jumlah suatu deret aritmatika berupa perhitungan deret 1 + 2 + 3 + ... + 100. Meski cerita ini hampir sepenuhnya benar, soal yang diberikan gurunya sebenarnya lebih sulit dari itu.

Gauss seorang ilmuwan dalam berbagai bidang, seperti matematika, fisika, dan astronomi. Bidang analisis dan geometri menyumbang banyak sekali sumbangan-sumbangan pikiran Gauss dalam matematika. Kalkulus (termasuk limit) merupakan salah satu bidang analisis yang juga menarik perhatiannya.
Biografi Singkat Johann Carl Friedrich Gauss: Matematikawan Jerman
Gauss meninggal dunia di Gottingen pada tanggal 23 Februari 1855.

*) Dari berbagai sumber
Biografi Ibnu Irak: Ahli Matematika dan Astronomi Muslim

Biografi Ibnu Irak: Ahli Matematika dan Astronomi Muslim

Agustus 22, 2012 0
Nama lengkap Ibnu Irak adalah Abu Nasr Mansur bin Ali Ibnu Irak. Ia dikenal sebagai seorang ahli matematika yang tekemuka pada tahun 1000. Ia berasal dari keluarga Ibnu Irak yang pernah memerintah al-Khawarazam, sebelum kemudian ditaklukan oleh Mahmud dari Ghazna. Latar belakang keluarganya yang cukup terhormat dan berada membuatnya bisa bersekolah dengan baik.

Sejak kecil, Ibnu Irak sudah menunjukkan ketertarikan pada ilmu hitung dan perbintangan. Ketika menginjak usia remaja, ia gemar membaca beberapa naskah ilmuwan Yunani, terutama Euclides. Ia bahkan mencoba memecahkan beberapa soal yang belum terselesaikan para ilmuwan sebelumnya. Minatnya terhadap benda luar angkasa pun sangat besar. Setelah menyelesaikan pendidikan dasar dan pelajaran agama, Ibnu Irak mencurahkan seluruh kemampuannya untuk memperdalam ilmu matematika dan astronomi. Didukung kecerdasannya, ia berhasil membuat sejumlah prestasi di bidang tersebut.

Pada abad pertengahan, beberapa kajiannya menjadi bahan perbincangan para sarjana Eropa. Selain itu, sekitar lima belas karyanya yang membahas tentang matematika dan astronomi telah diterbitkan. Umumnya, karyanya tersebut berisi pembahasan berbagai macam persoalan yang terdapat dalam Zidjes (Sets of Astronomical Tables), pembahasan fungsi trigonometri khusus (Jadwal ad-Daka’ik), dan beberapa penyelesaian untuk mengatasi kesulitan saat memahami karya Euclides, Elements. Di kemudian hari, Jadwal ad-Daka’ik menjadi bahan rujukan dalam bidang matematika, astronomi, dan geografi. Para ahli menganggap karya tersebut bermutu tinggi, meskipun sekilas hampir mirip dengan karya sejenis yang ditulis oleh para astronom dan ilmuwan lain.
Biografi Ibnu Irak: Ahli Matematika dan Astronomi Muslim
Selain tekun meneliti benda-benda langit dan mengkaji matematika, Ibnu Irak juga membagikan ilmunya pada sejumlah murid. Pada masa itu, Ibnu Irak mempunyai banyak pengikut, salah satunya adalah al-Biruni. Ibnu Irak juga dikenal karena hasil revisinya terhadap karya berjudul Spherics, yang kemudian disempurnakannya kembali pada tahun 1007-1008.

Dalam karya al-Biruni yang berjudul Treatise on Chords, Ibnu Irak disebut sebagai penemu beberapa persamaan matematika, sedangkan dalam buku karya al-Biruni lainnya, Cronology of Ancient Nation, Ibnu Irak dipuji karena telah menemukan sebuah metode baru untuk menentukan apogee matahari dari tiga titik yang selalu berubah-ubah pada ekliptika (orbit di mana matahari kelihatan bergerak). Apogee adalah titik terjauh dari bumi dalam peredaran satelit. Selain al-Biruni, sejumlah ilmuwan matematika lain juga memuji karya Ibnu Irak yang menguraikan tentang trigonometri. Ibnu Irak dianggap sebagai ahli pengembangan fungsi sinus, kosinus, dan tangent.

Ibnu Irak menulis riwayat hidupnya dalam buku berjudul al-Amir dan Mawla Amir al-Mu’mini.

Sumber: Buku Biografi Para Ilmuwan Muslim
Biografi Al-Battani: Peneliti Planet-Planet

Biografi Al-Battani: Peneliti Planet-Planet

Agustus 17, 2012 0
Al-Battani lahir pada tahun 858 di Battan, Harran. Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Muhammad Ibn Jabir Ibnu Sinan al-Battani. Namun, para penulis abad pertengahan lebih sering menyebutnya dengan nama Albetegni atau al-Batenus.

Ketertarikan al-Battani pada benda-benda langit membuatnya menekuni bidang astronomi. Ia mendapat pendidikan tersebut dari sang ayah, Jabir Ibn San’an al-Battani, yang juga seorang ilmuwan. Dengan kecerdasannya, al-Battani mampu menguasai semua pelajaran yang diberikan ayahnya dan menggunakan sejumlah peralatan astronomi dalam waktu yang cukup singkat. Beberapa waktu kemudian, ia meninggalkan Harran menuju kota Raqqa yang terletak di tepi sungai Eufrat. Di kota ini, ia melanjutkan pendidikan dan mulai melakukan bermacam penelitian, yang kemudian menghasilkan sejumlah penemuan penting yang berguna bagi masyarakat dan pemerintah. Pada tanggal 14 September 786, khalifah Harun al-Rasyid, khalifah kelima Dinasti Abbasiyah, membangun sejumlah istana di kota tersebut sebagai bentuk penghargaannya atas penemuan al-Battani. Usai pembangunan tersebut, kota Raqqa berubah menjadi pusat kegiatan ilmu pengetahuan dan perdagangan yang ramai.

Sebagai seorang ahli astronomi, al-Battani menghasilkan sejumlah penemuan astronomi yang penting bagi dunia. Ia adalah ilmuwan pertama yang mengetahui berapa lama waktu yang diperlukan bumi mengelilingi matahari, yaitu 365 hari, 5 jam, 46 menit, dan 24 detik. Angka yang ditunjukkan dalam perhitungannya itu mendekati angka yang dihasilkan para ilmuwan modern saat melakukan penelitian yang sama dengan menggunakan alat yang lebih akurat. Ketika alat astronomi canggih belum ditemukan, al-Battani dikenal telah melakukan penelitian terhadap bermacam benda langit.

Selama 42 tahun, al-Battani terus melakukan penelitian semacam itu dan menghasilkan sejumlah penelitian yang mengagumkan. Ia menemukan garis bujur terjauh matahari mengalami pengingkatan 16,470 sejak perhitungan yang dilakukan Ptolomeus beberapa abad sebelumnya. Hal ini kemudian menghasilkan satu penemuan penting tentang gerak lengkung matahari. Al-Battani juga bisa menentukan kemiringan ekliptik, panjang musim, dan orbit matahari secara akurat. Ia bahkan berhasil menemukan orbit bulan dan planet, dan menetapkan Teori Kemunculan Bulan Baru. Pada tahun 1749, penemuan al-Battani mengenai garis lengkung bulan dan matahari digunakan Dunthorne untuk menentukan gerak akselerasi bulan.
Biografi Al-Battani: Peneliti Planet-Planet
Pada masanya, al-Battani adalah satu-satunya ahli astronomi yang mampu menggambarkan ukuran bulan dan matahari secara akurat. Al-Battani dianggap sebagai guru, terutama bagi orang-orang Eropa, karena ia banyak mengenalkan terminologi astronomi yang berasal dari bahasa Arab, seperti azimuth, zenith, dan nadir. Ia adalah penerus al-Farghani.

Karya al-Battani yang sangat berpengaruh adalah Kitab Ma’rifat Matali al-Buruj fi ma Bayna Arba al-Falak, sebuah buku ilmu pengetahuan tentang zodiak dan pemecahan soal-soal astrologi. Selain itu, dikenal pula Risalah fi Tahkik Akdar al-Ittisalat, yaitu sebuah uraian mengenai sejumlah penemuan dan penerapan astrologi. Karya al-Battani lainnya adalah az-Zaujush li Battani (Almanak Versi al-Battani). Buku ini memuat enam puluh tema, seperti pembagian planet, lingkaran kecil yang mengitari lingkaran besar, garis orbit, dan sirkulasi peredaran planet. Di kemudian hari, buku ini disunting oleh Carlo Nallino dan disimpan di Perpustakaan Oskorial, Spanyol. Salah satu buku astronomi karya al-Battani yang juga terkenal adalah Kitab al-Zij. Pada abad XII, buku ini diterjemahkan dalam bahasa Latin dengan judul De Scienta Stellerum u De Numeris Stellerum et Motibus oleh Plato dari Tivoli. Terjemahan tertua dari karya tersebut masih tersimpan di Vatikan.

Dalam bidang matematika, nama al-Battani juga cukup dikenal masyarakat dunia. Salah satu kontribusinya di bidang ini adalah upayanya melakukan perbaikan terhadap kaidah-kaidah dasar hukum astronomi yang didasarkan pada penemuan Ptolomeus yang tertulis dalam Almagest.

Al-Battani meninggal dunia pada tahun 927 di Irak.

Sumber: Buku Biografi Para Ilmuwan Muslim
Biografi Al-Farghani: Perintis Astronomi Modern

Biografi Al-Farghani: Perintis Astronomi Modern

Agustus 17, 2012 0
Al-Farghani adalah seorang ahli astronomi muslim yang sangat berpengaruh. Nama lengkapnya adalah Abu al-Abbas bin Muhammad bin Kalir al-Farghani. Di Barat, para ahli astronomi abad pertengahan mengenalnya dengan sebutan al-Farghanus. 

Al-Farghani berasal dari Farghana, Transoxania. Farghana adalah sebuah kota di tepi sungai Sardaria, Uzbekistan. Ia hidup di masa pemerintahan khalifah al-Ma'mun (813-833) hingga masa kematian al-Mutawakkil (847-881). Al-Farghani sangat beruntung hidup di dua masa tersebut karena pemerintah kekhalifahan memberi dukungan penuh bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Buktinya, sang khalifah membangun sebuah lembaga kajian yang disebut Akademi al-Ma'mun, dan mengajak al-Farghani untuk bergabung. Bersama para ahli astronomi lain, ia diberi kesempatan menggunakan peralatan kerja yang sangat canggih pada masa itu. Ia memanfaatkan fasilitas yang ada untuk mengetahui ukuran bumi, meneropong bintang, dan menerbitkan laporan ilmiah. Pada tahun 829, al-Farghani melakukan penelitian di sebuah observatorium yang didirikan oleh khalifah al-Ma'mun di Baghdad. Ia ingin mengetahui diameter bumi, jarak, dan diameter planet lainnya. Pada akhirnya, ia berhasil menyelesaikan penelitian tersebut dengan baik.

Al-Farghani juga termasuk orang yang turut memperindah Darul Hikmah al-Ma'mun dan mengambil bagian dalam proyek pengukuran derajat garis lintang bumi. Al-Farghani juga berhasil menjabarkan jarak dan diameter beberapa planet. Pada masa itu, hal tersebut merupakan pencapaian yang sangat luar biasa.

Hasil penelitian al-Farghani di bidang astronomi ditulisnya dalam berbagai buku. Harakat as-Samawiyya wa Jawami Ilm an-Nujum (Asas-Asas Ilmu Bintang) adalah salah satu karya utamanya yang berisi kajian bintang-bintang. Sebelum masa Regiomontanus, Harakat as-Samawiyya wa Jawami Ilm an-Nujum adalah salah satu buku yang sangat berpengaruh bagi perkembangan astronomi di Eropa.

Di dalam buku tersebut, al-Farghani memang mengadopsi sejumlah teori Ptolemaeus, tapi ia mengembangkanya lebih lanjut hingga membentuk teorinya sendiri. Tak heran, Harakat a-Samawiyya wa Jawami Ilm an-Nujum mendapatkan respon yang positif dari para ilmuwan muslim dan non muslim. Buku ini pun diterjemahkan dalam berbagai bahasa. Harakat as-Samawiyya wa Jawami Ilm an-Nujum yang diterjemahkan dalam bahasa Inggris mengalami perubahan judul menjadi The Elements of Astronomy. Pada abad XII, buku ini diterjemahkan pula dalam dua versi bahasa Latin. Salah satunya diterjemahkan oleh John Seville pada tahun 1135, sebelum kemudian direvisi oleh Regiomontanus pada tahun 1460-an. Sebelum tahun 1175, karya ini juga sempat diterjemahkan oleh Gerard Ceremona.
Biografi Al-Farghani: Perintis Astronomi Modern
Selanjutnya, Dante melengkapi karya al-Farghani ini dengan menambahkan pendapatnya tentang astronomi dan memasukkan karyanya yang berjudul La Vita Nuova. Seorang ilmuwan Yahudi yang bernama Jacob Anatoli juga menerjemahkan karya ini dalam bahasa Yahudi, dan menjadi terjemahan latin versi ketiga (1590). Pada tahun 1669, Jacob Golius menerbitkan teks Latin yang baru. Bersamaan dengan itu, sejumlah ringkasan karya al-Farghani telah beredar di kalangan para ilmuwan. Di kemudian hari, The Elements of Astronomy diakui sebagai sebuah karya yang sangat berpengaruh bagi para ilmuwan masa itu.

Tidak hanya aktif di bidang astronomi, al-Farghani juga aktif di bidang lain, seperti teknik. Seorang ilmuwan yang bernama Ibnu Tughri Birdi berkata bahwa al-Farghani pernah ikut melakukan pengawasan pada proyek pembangunan Great Nilometer di Kairo Lama (861). Nilometer adalah sebuah alat pengukur pasang-surut air sungai Nil. Alat ini dibangun di pulau Roda, sebuah pulau yang terletak di sebelah selatan Kairo. Nilometer berbentuk tiang yang mampu mencatat ketinggian air. Bangunan tersebut berhasil diselesaikan bersamaan dengan meninggalnya khalifah al-Mutawwakil, sang pencetus pembagunan Nilometer.

Al-Farghani juga pernah ditugaskan melakukan pengawasan pada sebuah proyek penggalian kanal di kota baru, al-Ja'fariyya, yang terletak berdekatan dengan Samaran di daerah Tigris. Proyek tersebut bernama Kanal al-Ja'fari. Saat itu, al-Farghani memerintahkan para pekerja untuk membuat bagian hulu kanal lebih dalam dari pada bagian yang lain. Dengan begitu, tidak akan ada air yang mengaliri kanal tersebut, kecuali jika permukaan air sungai Tigris sedang pasang. Kebijakan al-Farghani ini sempat membuat khalifah marah, namun hitungan al-Farghani kemudian dibenarkan oleh seorang pakar teknik yang berpengaruh, Sind bin Ali. Akhirnya, sang khalifah mau menerima kebijakan tersebut. Dalam bidang teknik, al-Farghani juga membuat karya dalam bentuk buku, yaitu Kitab al-Fusul, Ikhtiyar al-Majisti, dan Kitab 'Amal al-Rukhamat.

Karya utama al-Farghani yang berbahasa Arab masih tersimpan baik di Oxford, Paris, Kairo, dan di perpustakaan Universitas Princeton. Atas karya dan jasanya yang begitu banyak, nama al-Farghani dikenal sebagai salah satu perintis astronomi modern. Al-Farghani adalah tokoh yang memperkenalkan sejumlah istilah astronomi asli Arab pada dunia, seperti azimuth, nadir, dan zenith.

Sumber: Buku Biografi Para Ilmuwan Muslim