INOVASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KREATIVITAS MAHASISWA PADA MATA KULIAH STATISTIKA

Juni 11, 2017
Inovasi pembelajaran sangat diperlukan dalam meningkatkan prestasi belajar siswa, terutama untuk menjadikan pembelajaran memiliki kesan pembelajaran lebih lama diingat oleh siswa perguruan tinggi menengah (Bain, dkk, 2005). Inovasi pembelajaran sangat mendesak terutama dalam menghasilkan pembelajaran inovatif yang dapat memberikan hasil belajar lebih baik, peningkatan efisiensi dan efektivitas pembelajaran menuju pembaharuan.
Agar pembelajaran mata kuliah matematika optimal, maka pembelajaran matematika harus inovatif disesuaikan dengan pokok bahasan yang diajarkan di dalam meningkatkan prestasi belajar para mahasiswa di perhuruan tinggi (Wood, 2005). Sebagai usaha dalam meningkatkan prestasi belajar mahasiswa maka setiap dosen matematika yang mengajar di dalam kelas harus selalu waspada terhadap materi pelajaran yang sedang dan akan diajarkan kepada mahasiswa (Boyce, dkk. 1997). Untuk itu diperlukan inovasi pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi belajar Mahasiswa di dalam mata pelajaran matematika sehingga terjadi pergeseran pembelajaran dari belajar formal menuju pembelajaran mandiri (Talanquer, dkk, 2003). Dengan model pembelajaran yang interaktif dan komunikatif maka siswa akan dapat termotivasi belajar matematika yang pada akhirnya akan meningkatkan prestasi belajar matematika.
Untuk mengoptimalkan pengajaran matematika di perguruan tinggi maka perlu dilakukan inovasi pembelajaran sesuai dengan tuntutan kurikulum tahun 2013 agar penyampaian mata kuliah menjadi komunikatif dan dapat memotivasi siswa belajar matematika sehingga konsep-konsep dasar matematika dapat dipahami dan diterima oleh mahasiswa dengan mudah sebagai usaha untuk meningkatkan kompetensi siswa pada setiap mata kuliah di jurusan matematika. Pembelajaran matematika yang inovatif diharapkan akan dapat dipergunakan oleh dosen-dosen perguruan tinggi dalam penyampaian materi mata kuliah matematika kepada mahasiswa di dalam kelas. 


2.1. Inovasi Pembelajaran Matematika
Inovasi dalam pendidikan sering dihubungkan dengan pembaharuan yang berasal dari hasil pemikiran kreatif, temuan dan modifikasi yang memuat ide dan metode yang dipergunakan untuk mengatasi suatu permasalahan pendidikan melalui suatu rencana atau pola yang dapat dipergunakan untuk membangun, mendisain bahan instruksional dan sebagai pengarah terhadap kegiatan pembelajaran di dalam kelas atau di luar kelas (Joice dan Weil, 1980). Pembelajaran yang inovatif harus dapat berfungsi sebagai alat komunikasi dalam penyampaian materi pelajaran. Agar inovasi pembelajaran berhasil optimum sesuai dengan tujuan yang diinginkan maka beberapa hal perlu dipertimbangkan dalam inovasi seperti rasional teoritis, landasan pemikiran pembelajaran dan lingkungan belajar. Pembelajaran yang inovatif dapat diakui apabila dapat dipergunakan secara luas dalam pembelajaran dan terbukti efektif dalam meningkatkan hasil belajar (prestasi belajar siswa). Dengan demikian, inovasi pembelajaran sebaiknya fleksibel dan bertanggungjawab terhadap hasil dan tujuan pembelajaran sehingga penyampaian materi menjadi terfokus.
Sebagai dosen dan orang yang menekuni bidang pendidikan maka kita harus selalu waspada terhadap materi pelajaran, khususnya mata pelajaran matematika yang sedang dan akan diajarkan kepada siswa. Dengan demikian, selain menyampaikan materi pelajaran, seorang dosen, khususnya dosen Mata kuliah statistika, harus berusaha dan terbeban untuk mengembangkan topik pelajaran matematika dan pembelajarannya agar memberikan hasil belajar yang optimum terhadap siswa (Doerr dan Thompson, 2004). Untuk mengembangkan penguasaan konsep matematika yang baik dibutuhkan komitmen siswa dalam memilih belajar menjadi sesuatu yang “berarti”, yaitu dengan cara meningkatkan kemauan siswa mencari hubungan konseptual antara pengetahuan yang dimiliki dengan yang dipelajari di dalam kelas (Zaslavsky dan Leikin, 2004).
Untuk mencapai tujuan ini maka diperlukan inovasi pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan siswa belajar dengan mudah dan efisien berdasarkan pengetahuan dan kemampuan yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran. Agar inovasi pembelajaran berhasil optimum sesuai dengan tujuan yang diinginkan maka beberapa hal perlu dipertimbangkan dalam inovasi seperti rasional teoritis, landasan pemikiran pembelajaran dan lingkungan belajar. Pembelajaran yang inovatif dapat diakui apabila dapat dipergunakan secara luas dalam pembelajaran dan terbukti efektif dalam meningkatkan hasil belajar (prestasi belajar siswa). Dengan demikian, inovasi pembelajaran sebaiknya fleksibel dan bertanggungjawab terhadap hasil dan tujuan pembelajaran sehingga penyampaian materi menjadi terfokus (Joice dan Weil, 1980).
Inovasi pembelajaran matematika adalah suatu pendekatan pengajaran meliputi strategi, metode dan prinsip pengajaran yang dipergunakan dalam pembelajaran matematika. Pembelajaran matematika memiliki kelebihan dalam tiga aspek, yaitu (1) pembelajaran pemecahan masalah, (2) pembelajaran berdasarkan pengalaman, dan (3) pembelajaran berbasis individu dan kerjasama (Kazemi dan Franke, 2004). Pembelajaran pemecahan masalah dilakukan untuk menuntun siswa melakukan penyelidikan melalui permasalahan bermakna yang diajukan oleh dosen yang akan membawa siswa pada situasi nyata sehingga dapat menuntun siswa membangun pengetahuan dan ketrampilan melalui pembelajaran mandiri. Pembelajaran berdasarkan pengalaman dilakukan untuk menjelaskan pengalaman belajar yang dimiliki dosen kepada siswa yang disampaikan melalui demonstrasi sehingga siswa memperoleh pengetahuan dan ketrampilan standar dalam melakukan kegiatan akademik. Pembelajaran berbasis individu dan kerjasama dilakukan untuk membantu siswa memahami konsep materi pelajaran yang sulit, terutama bagi siswa dengan tingkat kemampuan akademik berbeda, sehingga memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen secara mandiri melalui kegiatan kelas yang mampu membawa siswa untuk dapat belajar aktif sehingga terjadi interaksi diantara siswa (Giancarlo dan Slunt, 2004). Inovasi pembelajaran matematika mengalami perkembangan sejalan dengan perkembangan teknologi. Beberapa inovasi pembelajaran yang telah berhasil dipergunakan dalam pembelajaran matematika diantaranya adalah (a) Pembelajaran kontekstual, (b) Pembelajaran menggunakan media, dan (c) Pembelajaran berbasis teknologi informasi (web), Masing-masing pembelajaran yang akan diinovasi ini akan dijelaskan secara singkat berikut ini.
2.2. Pembelajaran Kontekstual
Penerapan pembelajaran kontekstual di negara maju telah terbukti mampu meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa. Pendekatan ini menekankan cara belajar di perguruan tinggi dikontekskan ke dalam situasi nyata, sehingga hasil belajar dapat lebih diterima dan berguna bagi siswa (Blanchard, 2001; Depdiknas, 2002). Pembelajaran kontekstual adalah konsepsi pembelajaran yang membantu dosen menghubungkan materi dengan situasi dunia yang nyata dan memotivasi siswa agar menghubungkan pengetahuan dengan kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Sears dan Susan, 2000; Johnson, 2002). Pembelajaran kontekstual merupakan integrasi dari banyak praktik pembelajaran yang baik sebagai upaya pembaharuan pendidikan, yang dimaksudkan untuk meningkatkan relevansi dan manfaat fungsional dari pendidikan bagi selu-ruh siswa (Corebima, 2002). Pembelajaran kontekstual akan memungkinkan siswa memperkuat, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan akade-mik mereka dalam berbagai tatanan di perguruan tinggi ataupun di luar perguruan tinggi agar dapat memecahkan masalah-masalah nyata atau yang disimulasikan (Nur, 2001; Johnson, 2002). Penggunaan pembelajaran kontekstual memiliki potensi untuk mengembangkan ranah pengetahuan, keterampilan, sikap, nilai, dan kreativitas dalam memecahkan masalah yang terkait dengan kehidupan sehari-hari (Susilo, 2001). Pembelajaran kontekstual menekankan berpikir tingkat tinggi, transfer pengetahuan lintas disiplin, pengumpulan, penganalisisan, pensintesisan informasi, dan data dari berbagai sumber dan pandangan. 
Komponen utama pembelajaran yang mendasari penerapan pembelajaran kontekstual di kelas adalah konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiry), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modelling), refleksi (Reflection), dan penilaiaan sebenarnya (Authentic Assesment) (Huffman dan Kalnin, 2003). Sebuah kelas dikatakan menggunakan pembelajaran kontekstual jika menerapkan ketujuh komponen tersebut dalam pembelajarannya (Nurhadi, 2002; Nurhadi dan Senduk, 2003). Konstructivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) pembelajaran kontekstual. Bertanya (Questioning) merupakan induk dari pembelajaran kontekstual, awal dari pengetahuan dan aspek penting dari pembelajaran. Bertanya merupakan strategi mengajar yang umum dan dapat diterapkan dalam pembelajaran, penggunaan dan pengembangan teknik bertanya akan memperbaiki kualitas belajar siswa. Menemukan (inkuiry) merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran kontekstual. Kegiatan inkuiri terdiri dari langkah merumuskan masalah, mengumpulkan data melalui observasi, menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya lainnya, serta mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya kepada pembaca, teman sekelas, atau audiens yang lain (Nurhadi dan Senduk, 2003). Kegiatan pembelajaran kontekstual dilakukan dalam kelompok belajar dengan proses komunikasi dua arah. Dalam penelitian ini, refleksi siswa dituliskan dalam bentuk jurnal belajar pada setiap akhir pertemuan, yang merupakan pernyataan langsung tentang apa yang diperolehnya hari itu. Penilaian pembelajaran kontekstual disebut penilaian autentik bertujuan untuk menyediakan informasi yang benar dan akurat mengenai apa yang diketahui dan dapat dilakukan siswa. Berbagai teknik penilaian autentik dapat dilakukan, yaitu penilaian kinerja, observasi sistemik, portopolio, dan jurnal belajar melalui proyek/kegiatan dan laporannya, pekerjaan rumah, kuis, karya siswa, presentasi atau penampilan siswa, demonstrasi, laporan, jurnal, hasil tes tulis, dan karya tulis (Depdiknas, 2002).
2.3. Pembelajaran Menggunakan Media Peta Konsep
Media pendidikan dapat dipergunakan untuk membangun pemahaman dan penguasaan objek pendidikan. Beberapa media pendidikan yang sering dipergunakan dalam pembelajaran diantaranya media cetak, elektronik, model dan peta (Lagrange, 2005; Kreyenhbuhl, 1991).
Salah satu media yang dapat dipergunakan dalam pembelajaran adalah peta konsep. Penggunaan media petakonsep di dalam pendidikan sudah dilakukan sejak tahun 1977, yaitu dalam pengajaran Biologi (Novak, 1977), dan sejak itu media petakonsep berkembang dan telah dipergunakan dalam pembelajaran matematika (Cardellini, 2004). Media petakonsep bertujuan untuk membangun pengetahuan siswa dalam belajar secara sistematis, yaitu sebagai teknik untuk meningkatkan pengetahuan siswa dalam penguasaan konsep belajar dan pemecahan masalah (Pandley, dkk. 1994). Langkah yang dilakukan dalam inovasi pembelajaran dengan media petakonsep adalah memikirkan ‘pusat’ topik yang akan diajarkan kemudian menuliskan kata, peristilahan dan rumus yang memiliki arti, yaitu yang mempunyai hubungan dengan konsep inti, dan pada akhirnya membentuk satu peta hubungan integral dan saling terkait antara konsep atas-bawah-samping (Situmorang, dkk., 2000).
Peta konsep  memiliki banyak keunggulan antara lain memberikan pembelajaran yang terpadu dan berarti, memstimulasi agar ide-ide siswa dapat berkembang, meningkatkan daya kreativitas, membantu pemahaman dalam topik-topik yang dipelajari serta menghubungkannya, dan juga dapat digunakan sebagai alat untuk melihat struktur kemamampuan dan pemahaman siswa (Kaur, 2012).
2.4. Pemahaman Konsep dan Kreativitas
Kata kreativitas (creativity) bermakna mempunyai sifat kreatif (creative) yang berasal dari kata to create (mencipta). Berdasarkan etimologi kemampuan kreativitas berarti kemampuan menciptakan sesuatu (ide-cara-produk) yang baru. Jadi, konotasi kreativitas berhubungan dengan sesuatu yang baru yang sifatnya orisinal. Kajian kreativitas merupakan kajian yang kompleks sehingga bisa menimbulkan berbagai pandangan-pendapat, tergantung dari sisi mana mereka membahasnya dan teori yang menjadi acuannya. Kemampuan kreativitas menurut Munandar (dalam Reni, A, 2001) berkenaan dengan tiga hal, yaitu mengkombinasi, memecahkan masalah, dan operasional. Kemampuan mengkombinasi berdasarkan data atau unsur-unsur yang ada, kemampuan memecahkan masalah berdasarkan informasi yang ada menemukan keragaman solusi dengan penekanan pada aspek kualitas dan efektivitas, kemampuan operasional berdasarkan pada \aspek kelancaran-keluwesan-orisinalitas.
Ausubel (dalam Hamalik, 2002) kreativitas adalah kemampuan atau kapasitas pemahaman, sensitivitas, dan apresiasi dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Aspek lain dari kreativias adalah kemampuan berpikir divergen, yaitu meliputi orisinalitas, fleksibilitas, kualitas, dan kuantitas. Thorrance (dalam Hamalik, 2002) kreativitas akan muncul berkenaan dengan kesadaran adanya kesenjangan antara pengetahuan siap dengan pengetahuan atau masalah baru, kemudian muncullah beragam alternatif solusi.
Ditinjau dari segi kemampuan aktivitas otak dalam kaitannya dengan kreativitas, ternyata potensi tersebut memang telah tersedia. Buzan (dalam Erman, 2004) mengemukakan bahwa otak mengolah informasi dalam bentuk hubungan fungsional antar konsep, berupa peta konsep, sehingga terjalin kaitan antar konsep yang satu dengan konsep lainnya. Inilah yang dimaksud dengan struktur kognitif dari Piaget (dalam Erman, 2001) di mana skemata baru akan terbentuk dalam sistem kerja otak dan terkait dengan skemata lain yang sudah terbentuk. Dengan pola sepeti ini, proses belajar siswa diusahakan agar tidak hanya berasimilasi (menyerap pengetahuan) akan tetapi dikombinasikan dengan akomodasi (mengkonstruksi pengetahuan).
Konsep matematika yaitu segala yang berwujud pengertian-pengertian baru  yang bisa timbul sebagai hasil pemikiran, meliputi  definisi,  pengertian,  ciri  khusus,  hakikat  dan  inti  /isi  dari  materi matematika  Pemahaman  konsep  adalah  kompetensi  yang ditunjukkan siswa dalam memahami definisi, pengertian, ciri khusus, hakikat, inti /isi  dari  suatu  materi  dan  kompetensi  dalam  melakukan  prosedur  (algoritma) secara luwes, akurat, efisien dan tepat (Budiono,  2009:  4).
Konsep matematika disusun secara berurutan sehingga konsep sebelumnya akan  digunakan  untuk  mempelajari  konsep  selanjutnya.  Pemahaman  terhadap  konsep  materi  prasyarat  sangat  penting  karena apabila siswa menguasai konsep materi prasyarat maka siswa akan mudah untuk memahami  konsep  materi  selanjutnya.  Apabila anak memahami suatu konsep maka ia akan dapat menggeneralisasikan   suatu   obyek   dalam   berbagai   situasi   lain   yang   tidak digunakan dalam situasi belajar (Nasution, 2005: 164).
Siswa  dibiasakan  untuk  memperoleh  pemahaman  melalui  pengalaman tentang sifat-sifat yang dimiliki dan yang tidak dimiliki dari sekumpulan objek. Siswa   diharapkan   mampu   menangkap   pengertian   suatu   konsep   melalui pengamatan terhadap contoh-contoh dan bukan  contoh (Erman,dkk. 2001: 57). Sedangkan menurut Donald, et.al (2007 : 151) salah satu pembelajaran  konsep  yang  bisa  dilakukan  adalah  mengemukakan  contoh/fakta13 yang  berkaitan  dengan  konsep  yang  akan  dipelajari  dan  memberi  kesempatan siswa untuk menemukan sendiri konsep tersebut.
Berikut ini indikator siswa yang memahami suatu konsep menurut KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) tahun 2006  :
1.        menyatakan ulang sebuah konsep.
2.        mengklasifikasi  obyek-obyek  menurut  sifat-sifat  tertentu  (sesuai  dengan konsepnya).
3.        memberi contoh dan non-contoh dari konsep.
4.        menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis.
5.        mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep.
6.        menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu.
7.        mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah
 
2.5. Proses Belajar dan Hasil Belajar
Usaha untuk meningkatkan kualitas siswa menjadi prioritas pada saat ini.  Hal ini sejalan dengan akan diterpkannya KTSP. Beberpa faktor yang dapat mempengaruhi prestasi siswa tersebut adalah faktor eksternal dan faktor internal (Slameto, 1995). Faktor eksternal berasal dari luar individu, sedangkan faktor internal berasal dari diri individu siswa yang meliputi; motivasi, minat, intelijensi dasar pengetahuan dan metode pembelajaran. Secara garis besar faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat dibedakan atas beberapa jenis, yakni: kurikulum, strategi belajar, sistem evaluasi, dosen, pengelolaan, motivasi belajar siswa, berbagai akar yang bersifat non edukatif. Dalam pemecahan tiap jenis faktor diatas tidak dapat dihindarkan timbulnya faktor lain yang lebih penting. Dosen merupakan salah satu yang terlibat dalam mencari langkah-langkah dan jalan terbaik yang harus ditempuh dan dilaksanakan sehingga prestasi belajar siswa mencapai tingkat yang lebih baik. Untuk itu salah satu usaha dan langkah yang ditempuh oleh dosen adalah melakukan inovasi pembelajaran yang tepat dalam penyampaian materi .
Belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat interaksi dengan lingkungan. Pola tingkah laku yang dicakup sangat luas, meliputi: pengetahuan, sikap, ketrampilan, kebiasaan, emosi, budi pekerti, hubungan sosial dan lain-lain (Djamara, 1995). Perbuatan tingkah laku sebagai perubahan hasil belajar dibedakan dalam tiga aspek yaitu: (1) aspek kognitif, (2) aspek psikomor, (3) aspek afektif. Aspek tingkah laku sebagai hasil belajar menurut Benyamin Bloom dibedakan dalam tiga ranah yaitu: ranah kognitif atau aspek intelektual, ranah afektif atau sikap, ranah psikomotorik atau ketrampilan (Rooijakkers, 1993). Salah satu hasil yang dicapai setelah proses pembelajaran adalah penguasaan siswa terhadap materi sebagai gambaran prestasi siswa. Prestasi belajar siswa adalah hasil belajar siswa yang dicapai melalui kegiatan belajar. Siswa yang menguasai materi adalah siswa yang dapat menyelesaikan evaluasi yang diberikan oleh dosen dengan baik.

Artikel Lainnya

Previous
Next Post »
Blogger
Disqus
Pilih Sistem Komentar Yang Anda Sukai

Tidak ada komentar